Sabtu, 17 November 2012

Oalah Negeriku....

Apa Yang Terjadi dengan Bangsaku??? Masih teringat di fikiran kita semua, bahwa peristiwa Reformasi 1998 merupakan tonggak bersejarah bangsa kita setelah dikekang dengan segala hal, akhirnya rakyat bisa merasakan kembali alam demokrasi yang diimpikan, Hal ini juga menandakan kebebesan berbicara, mengemukakan pendapat yang selama 32 Tahun dikekang habis-habisan oleh sang Penguasa... Setelah hampir 15 Tahun Berlalu, apakah semangat refomasi telah mampu mengakar di setiap benak bangsa Indonesia ataukah malah menghilang??? Mengapa penulis menulis judul seperti di atas, hal ini diilhami oleh pengalaman pribadi yang dialami penulis ketika sedang menghadiri pemakaman salah satu tetangga di lingkungan rumah. Aneh... itulah kata-kata pertama yang saya lontarkan ketika Proses pemakaman akan dimulai, ukuran makam yang seharusnya digali dengan dimensi : P x L x T = 2 x 1 x 1.5 (Asumsi penulis, 2012) ternyata dari segi dimensi saja tidak sesuai spesifikasi.. Hal apakah gerangan yang menyebabkan dimensi makam yang seharusnya sesuai dengan spesikasi, tidak sesuai dengan spesifikasi seharusnya, dimana Tinggi dari jenasah yang akan dimakamkan tidak mencapai 2 M, mengapa tidak bisa masuk??? Oalah Gusti, ternyata dimensi tersebut sudah ikut dengan tren Proyek-proyek Pemerintah yang sering tidak sesuai dengan dimensi yang sudah tertera dalam Kontrak dalam proyek-proyek Pemerintah Ternyata semangat reformasi masih kalah dengan Uang!!!!!!!!!!!!! Anekdot "Uang Bukan Segalanya, tetapi Bisa Membeli segalanya" rupa-rupanya sudah mengakar di benak bangsa ini, dari lini yang paling bawah hingga lini paling atas ternyata sudah dijangkiti penyakit yang sama. Pertanyaanya sekarang adalah apakah kita juga terjangkiti dengan virus uang???? Wallahu alam bis showab.... Selengkapnya...

Selasa, 25 Januari 2011

Aufklarung : pencerahan, mengapa saya menuliskan hal ini sebagai kata pembuka dalam tulisan saya, hal ini tak lepas dari artikel yang saya baca dari majalah tempo dengan link sebagai berikut majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/01/24/LU/mbm20110124LU135733.id.html yang menulis tentang bagaimana sepak terjang persepakbolaan indonesia. Kita tentunya masih ingat bagaimana gegap gempitanya dukungan seluruh warga negara indonesia terhadap timnas PSSI sebuah paradigma yg sangat mengharukan bahwa bangsa kita yang haus akan kebanggaan dan kejayaan dan dihadapkan sebuah kenyataan yang saya harap hal tersebut tidak benar dan sangat memukul hati saya sebagai pecinta sepakbola bahwa induk sepakbola tertinggi yang diakui oleh FIFA telah mengkhianati kepercayaan yang diamanatkan oleh Negara.


Kita tentunya masih mengingat bahwa sepakbola adalah alat pemersatu dan alat untuk mempromosikan sebuah Negara di kancah dunia internasional. Iraq sebuah negeri di daerah teluk, negeri yang terkenal dengan sebutan negeri 1001 malam yang terkenal dengan adanya cerita Abunawas, sebuah negara yang hancur lebur oleh perang mampu menjadi juara piala asia Tahun 2007 dan mampu menjadi pelipur bagi penduduk di Negeri yang sampai sekarang masih diributkan kerusuhan antar etnis dan agama. Sebagai anak negeri tentunya adanya sebuah kompetisi tandingan Liga Primer Indonesia yg digagas oleh Pengusaha Arifin Panigoro merupakan sebuah hal yang menggembirakan sekaligus menyedihkan. Kita tidak menginginkan sepakbola sebagai ajang kepentingan tertentu dalam skenario besar. Sebagai pecinta bola saya hanya menginginkan Garuda kembali disegani sperti Tahun 60 sampai Tahun 90, dimana kita mampu menjadi macan asia, bukan seperti saat ini yg di level ASEAN saja tidak mampu menjadi juara.
Majulah Garuda, Kepakkanlah Sayapmu lebih tinggi, angkatlah harkat dan martabat Negeri ini yang sudah lama terpuruk.
Salam
Selengkapnya...

Jumat, 20 Agustus 2010

Dirgahayu Indonesia

17 Agustus Tahun 45 , itulah hari Kemerdekaan kita...

Itulah lagu nasional yang sering kita dengar dalam menyambut Hari Lahir Bangsa Kita dan selalu saya nyanyikan ketika saya masih duduk di bangku Sekolah dasar ketika menyambut hari lahir Bangsa Indonesia yang besar nan gagah ini.

Isu redenomisasi nilai rupiah yang dilemparkan oleh para dewa penguasa moneter sempat menghentak kalangan publik dan membuat bingung rakyat termasuk saya sendiri, karena masih teringat dengan politik Sanering Tahun 1960 an yang dilaksanakan dalam rangka menyelamatkan krisis keuangan di masa itu.
Penangkapan 3 orang petugas Dinas Kelautan Kepulauan Riau oleh Tentara Negara tetangga menambah hangat situasi politik di masyarakat, gerakan ramai-ramai menghujat Negara Tetangga dan aksi demonstrasi menghiasi beberapa Kota besar ikut menyemarakkan hari Lahir Bangsa Indonesia yang tercinta ini.

65 Tahun umur negeri ini, tentu banyak kisah yang menghiasi perjalanan panjang NKRI. Pergantian tongkat estafet kepemimpinan yang diwarnai dengan Peristiwa berdarah G30 S, dari orde lama menjadi orde baru dan digantikan lagi dengan orde reformasi dan amandemen UUD 1945 setelah lebih dari 50 tahun sejak dibuat oleh para founding father telah mewarnai sejarah panjang perjalanan negeri ini.
Lepasnya Timor Leste dari pangkuan NKRI dan diikuti dengan lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan, Penandatanganan Perjanjian damai antara Pemerintah RI dengan Petinggi GAM, Musibah Tsunami di Aceh, gempa yang silih berganti, krisis moneter yang menghantam Tahun 1997, Lagu Indonesia Raya untuk pertama kali berkumandang di Olimpiade Tahun 1992, Juara Olimpiade Fisika, Matematika, dan segala macam ilmu pengetahuan yang diraih oleh anak-anak negeri ini turut memberi warna lain dari segala macam peristiwa yang telah terjadi di Bumi Indonesia tercinta.

Masih banyak Permasalahan yang harus dihadapi oleh para pemimpin bangsa ini, baik yang berskala global dan skala Nasional. Wacana pemindahan Ibukota dari Jakarta ke daerah lain yang dipicu oleh tingginya tingkat kendaraan di Ibukota, isu amandemen UUD 1945 terkait masa jabatan Presiden, wacana pembangunan Gedung DPR tempat wakil rakyat bersidang, pertentangan antar agama yang kadangkala timbul di beberapa tempat, terorisme, korupsi, suap, pengangguran yang semakin merajalela, tingkat kriminalitas yang dipicu oleh faktor kemiskinan, jajanan anak sekolah yang diberi bahan pengawet makanan seperti formalin, zat pewarna seperti rhodamin dan bahan kimia lainnya yang akan berpengaruh terhadap masa depan anak-anak Indonesia seakan menambah panjang daftar pekerjaan rumah yang harus dihadapi oleh para Pemimpin Bangsa ini.

Terlepas dari banyaknya permasalahan yang menerpa bangsa ini, semoga mental rakyat Indonesia tidak ikut rusak seperti mental para pemimpin yang gemar melakukan praktek KKN dan momen Ramadahan ini semoga mampu membuat kita bangkit dari keterpurukan dan lebih banyak berkarya dalam membangun Bangsa ini.


Dirgahayu Indonesia
Selengkapnya...

Jumat, 08 Januari 2010

bingung...

Perjalanan hidup ibarat sebuah roda pada satu saat berada di bawah sedangkan pada satu saat di atas, namun lika-liku kehidupan merupakan suatu misteri bagi setiap anak adam yang mau tidak mau, suka maupun tidak suka akan berhadapan pada kondisi ketika dia harus memilih diantara 2 pilihan yang sama-sama tidak menguntungkan.

Pilihan yang kita buat tentunya sudah kita pertimbangkan dan kita sadari akan berdampak bagi kita sekarang atau pada suatu saat di masa depan dan kita tentu telah berupaya untuk meminimalkan segala dampak dan hal-hal yang kita perlukan ketika berhadapan dengan dampak tersebut.

Meminjam istilah bank Century "dampak sistemik" merupakan hal yang kita setiap anak adam akan mengalami hal tersebut dalam setiap frase perjalanan hidup. Mulai dari ketika kita beranjak remaja, menikah, memiliki anak, memegang amanah (jabatan), pensiun dan terakhir meninggalkan dunia. Saya teringat istilah salah satu cukilan dari FB Dosen saya bahwa "Urip kuwi mung mampir ngombe" atau bahasa indonesia adalah "hidup di dunia hanyalah sekedar mampir untuk minum.

Kawan, marilah kita merenungkan apa yang telah kita lakukan dan apa yang akan berdampak sistemik bagi kita di kemudian hari.

Selengkapnya...

Forum Bebas Nilai © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute