Selasa, 29 Desember 2009

Kilas Balik

alhamdulillah....
tanpa terasa kita telah melewati 1 tahun (Tahun Baru Muharram) dan sebentar lagi memasuki Tahun Baru Masehi, tentunya sudah banyak peristiwa penting yang terjadi sepanjang tahun 2009

Peristiwa politik, olah raga, seni dan budaya, dan yang terbaru masalah KTT Pemanasan Global di Kopenhagen yang mempertemukan dua kutub yakni negara maju dan negara berkembang.

KTT Kopenhagen merupakan kelanjutan dari penyelenggaraan KTT serupa di Bali yang menghasilkan Bali Road Map. Tentunya harapan bagi para pemerhati lingkungan adalah adanya upaya konkrit dari negara-negara maju dan negara berkembang untuk mengurangi hal-hal yang berpotensi untuk memicu kenaikan suhu permukaan bumi yang menyebabkan melelehnya es di kutub utara dan berdampak pada kenaikan level air laut.

Kenaikan suhu bumi telah mencapai lebih dari 1 derajat dari awal revolusi industri yang terjadi sekitar akhir abad 18 dan awal abad 19 dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt dan didengungkan pertama kali di Negeri Asal Sepakbola yakni Ingrris. Tentunya kita masih ingat adanya fenomena yang menarik terkait dengan adanya revolusi industri dimulai dengan polusi yang meningkat sehingga berdampak hampir musnahnya populasi kupu-kupu berwarna cerah di kawasan industri, kemudian urbanisasi penduduk serta memajukan kawasan-kawasan pinggiran kota yang berdekatan dengan pusat industri serta timbulnya para pengusaha-pengusaha baru yang memegang sektor perekonomian yang selama ini dikuasai kaum bangsawan.
Semua aspek kegiatan tentunya berdampak positif dan negatif. Dampak negatif yang sering timbul dan seakan terlupakan oleh masyarakat pada umumnya adalah dampak terhadap lingkungan. Dampak ini menjadi nyata seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi serta industri yang kerap kali tidak diiringi dengan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Hal inilah yang dibahas dalam KTT Lingkungan di Kopenhagen, Denmark dimana para pemimpin dunia mencari solusi bersama untuk mencegah pemanasan global yang semakin hari semakin mengancam kehidupan umat manusia. Namun sangat disayangkan dalam KTT ini tidak terdapat sebuah catatan yang sangat mengesankan untuk menyelamatkan bumi. Hal ini terlihat dari keengganan China dan India untuk menurunkan sumber penyebab pemanasan global dari sektor industri, Amerika Serikat dari berbagai sektor kehidupan. Indonesia sebagai salah satu penyumbang pemanasan global dari sektor deforestisasi hutan telah memiliki komitmen untuk menurunkan hal-hal yang memicu pemanasan global.
Upaya Amerika Serikat dengan menggalang dan dan menjanjikan dana sebesar 100 Milyar dolar untuk menyelamatkan bumi, belum cukup untuk menyelamatkan bumi jika melihat semakin besar dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.
Kita tentunya pernah melihat film waterworld
dimana film tersebut menggambarkan bumi yang hanya berupa lautan yang luas dan harga tanah 1 kaleng pun sangat mahal, jika ego negara-negara maju dan berkembang masih memikirkan upaya untuk memajukan industri tentunya kita hanya menghitung waktu hingga kondisi yang digambarkan dalam film tersebut menjadi kenyataan.
Hal ini sudah mulai diprediksikan oleh para ahli terkait kenaikan permukaan muka air laut di kawasan pinggiran Kota Jakarta yang berdekatan dengan laut akibat melelehnya es di kutub utara serta intrusi air laut yang telah mencapai kawasan tengah Ibukota Jakarta, hal ini sangat mengkhawatirkan apabila dibiarkan maka seluruh kawasan Jakarta akan dilanda kekurangan air bersih (tawar) karena cadangan air tanah telah habis akibat pemakaian yang berlebihan dan intrusi air laut, maka tidak heran jika di beberapa kawasan, air sumur penduduk bukan lagi air tawar melainkan air payau karena telah tercampur dengan air laut. Bukan tidak mungkin 20-50 tahun lagi Ibukota Jakarta akan tenggelam.

Inilah buah simalakama yang harus dihadapi bersama oleh semua pihak, baik pemerintah, swasta dan rakyat dalam menyelamatkan kondisi lingkungan. Deforestisasi hutan yang mencapai 1 - 1,5 juta Ha/Tahun sangat berdampak terhadap pemanasan global, dimana ketiga komponen diatas terlibat di dalamnya. Tradisi membuka hutan untuk persawahan, perubahan fungsi hutan menjadi kawasan sawit serta ilegal logging tentunya menjadi aspek penting yang perlu ditinjau ulang oleh Pemerintah selaku pemegang kebijakan untuk mengelola pemberian izin dan mentertibkan izin yang telah diterbitkan.

Selengkapnya...

Forum Bebas Nilai © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute