Kamis, 20 Agustus 2009

Sepakbola Indonesia

Sepakbola Indonesia

Alhamdulillah, sebentar kagi kita akan didatangi oleh Bulan yang penuh hikmah, Bulan yang didalamnya dipenuhi segala Rahmat, Ampunan dan Hidayah dari Rabb Semesta Alam, semoga kita mempu meningkatkan Iman dan Taqwa kita di Bulan yang penuh Barokah.

Disamping akan didatangi Bulan yang penuh hikmah, kita akan disuguhi Kompetisi Sepakbola Kasta Tertinggi di Indonesia yakni Indonesian Super League dan Alhamdulillah Tim Kesayangan Penulis Bajul Ijo a.k.a Green Force a.k.a Persebaya Surabaya telah mentas dari Divisi Utama dan bermain di kasta tertinggi Sepakbola Indonesia. Tentunya hal ini melegakan saya sebagai Suporter Persebaya namun di sisi lain juga akan sangat mengenaskan, apabila melihat carut-marut Sepakbola Indonesia.



Semenjak Liga Indonesia pertama digelar, yakni Liga Dunhil ketika Tim Maung Bandung menjadi Jawara Liga yang pertama hingga Indonesian Super League (ISL) 2008 dengan kampiun Persipura Jayapura, Prestasi Tim Nasional Negara kita apabila dibandingkan dengan Dana Miliaran Rupiah yang telah dihabiskan oleh Klub-Klub dalam 1 Musim Kompetisi Liga Indonesia yang bersumber dari dana APBD sangatlah tidak seimbang. Prestasi Terbaik TimNas Senior kita hanya mampu menjadi Runner Up Sea Games dan pada saat ini untuk bersaing di wilayah ASEAN, posisi Negara kita di bawah Vietnam, Negara yang baru saja muncul di ASEAN setelah lepas dari carut marut Politik.

Jika ditilik lebih dalam masalah sepakbola ini menjadi masalah yang sangat krusial karena berkaitan dengan olahraganya Wong Cilik dan masalah pendanaan yang hingga saat ini masih terjadi polemik tentang penggunaan Dana APBD untuk Sepakbola khususnya untuk Klub-Klub Plat Merah. Klub-Klub plat merah sangat berharap kucurana dana Hibah ataupun Bantuan Sosial dari Pemda untuk menghidupi kegiatan Klub. Kita tentunya tidak lupa tentang adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) yang membuat Pemda tidak berani memberikan dana dan akibatnya adalah banyaknya Klub-Klub Plat Merah yang kelimpungan dan akhirnya berteriak kepada PSSI agar mencarikan jalan keluar bagi klub terkait adanya Permendagri ini.

Sepakbola di negeri kita belum mampu menjadi sebuah Industri yang mampu berdiri tegak tanpa adanya bantuan dana APBD. Kita tentunya sangat miris jika melihat dana Ratusan Miliar yang dihabiskan tiap tahun oleh Klub-klub peserta kompetisi yang diperoleh dari APBD. Padahal untuk dapat melihat pertandingan klub kesayangan kita tiketnya juga tidak murah sebesar Rp15.000 untuk kelas Ekonomi hingga mencapai 50.000 rupiah untuk tiket kelas VIP. Berarti ibaratnya kita telah dibodohi oleh kepentingan KLUB, dimana mereka mengatakan bahwa untuk menghidupi jika bergantung pada penjualan tiket sangat tidak cukup. Karena banyak kebocoran tiket, sehingga meskipun stadion penuh namun pemasukan yang diperoleh oleh Panpel sangat sedikit. Kita cukup menghela nafas, jika misalkan kita berandai-andai dana puluhan hingga ratusan miliar yang dihabiskan untuk sepakbola digunakan untuk kepentingan yang lebih prorakyat seperti Program-Program Konversi minyak Tanah ke Gas, PNPM, BLT ataupun untuk Program Sekolah Gratis tentu akan lebih banyak manfaat yang diperoleh dibandingkan untuk menghidupi sebuah Klub Sepakbola yang hanya dinikmati oleh Segelintir Orang.
Kontrak Miliaran Rupiah, misalkan untuk seorang Pemain Timnas yang saat ini berkisar Ratusan hingga Menembus angka 1,3 Milyar tentu sangat bermanfaat jika dana tersebut digunakan untuk kredit-kredit UKM bagi para pedagang-pedagang kecil.

Sebagai contoh pengeluaran dana ratusan miliar yang dibiayai dari APBD adalah sebagai berikut : Untuk Tim Asal Wilayah Indonesia yang Paling Barat yang kemarin habis menjadi Kampiun ISL 2008 Persipura Jayapura menghabiskan dana hingga 25 Milyar rupiah bahkan lebih, Tim asal Ibukota Kalimantan Timur Persisam Samarinda menjadi Kampiun di Kompetisi Divisi Utama mencapai angka lebih dari 10 Milyar Rupiah.

Hal ini tentunya akan berjalan terus tanpa adanya perbaikan sistem maka dana miliaran rupiah akan terus habis tanpa ada sebuah prestasi yang membanggakan di bidang Sepakbola. Hal ini tentunya akan menimbulkan sebuah kecemburuan dari bidang-bidang olahraga lainnya, dengan dana yang lebih sedikit mereka mampu berprestasi di tingkat ASEAN, ASIA bahkan Olimpiade.
Belum lagi terpaan badai ekonomi gelombang kedua yang cukup menghantam perekonomian dunia yang untungnya Negara kita seakan bisa terlepas dari Resesi Global, ataukah badai ini belum mencapai ke Asia atau tepatnya ke Negara Kita. Wallahu Alam.

Adakah solusi tepat untuk mengatasi masalah tersebut???


Salam

1 komentar:

muam_disini mengatakan...

olah raga memang menjadi salah satu masalah yang kadang luput dari perhatian pemerintah...
Contohnya saja KONI, di daerah-daerah masih bergantung akan kucuran dana bantuan dari Pemda setempat. Akhirnya tak jarang terjadi dilema, benar2 menempa atlet menjadi lebih baik, atau berhadapan dengan efisiensi penyerapan dana...

Posting Komentar

Forum Bebas Nilai © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute